Search

Sabtu, 22 September 2012

Stop Buang Sampah di Laut

Aduh, Kok Pelajar Buang Sampah Ke lautSepulang tes akademik CPNS di Taliwang saya menumpang Kapal Ferry untuk menyebrang ketanah Lombok. Di tengah perjalanan saya berdampingan seorang laki-laki yang berdampingan dengan adik perempuannya. Katanya ia baru saja mengantar adiknya ikut tes akademik CPNS di Sumbawa Besar. Saya ngobrol banyak dengan bapak itu. Dan sampailah saya untuk istirahat sambil menikmati hempasan ombak yang mengoyang-goyang kapal yang membuat seluruh penumpang berteriak histeris. Memang perjalanan waktu itu diiringi cuaca mendung dan angin kencang. Ombak pun reda. Saya kembali menikmati jernihnya air laut. “Oh Tuhan betapa indahnya laut Mu jika bersih seperti ini. Subhananllah” saya bergumam dalam hati mengagumi ciptaan Tuhan.

Tapi renungan saya terganggu. Pasalnya adik perempuan dari laki-laki yang saya ajak bicara tadi membuang sampah ke laut. Sontak saja saya mencibir dalam hati. “Uh perempuan macam apa anda jika membuang sampah ke laut. Saya pikir anda sudah tahu, bahwa dengan membuang sampah ke laut otomatis ekosistem laut akan terganggu. Airnya tidak jernih dan indah”. Seharusnya kakaknya memberitahukan agar mencegahnya tapi sayang raut muka dan mimik saya yang gusar dan kesal tidak ditanggapi. Dan betul, adik perempuannya sekali lagi membuang sampah ke laut. Tanpa rasa bersalah sedikit pun.
Read More

Jumat, 21 September 2012

Hati-hati Pakai Helm Kuning di Taliwang

Helm Untuk Ojek
Jika anda hendak jalan-jalan ke Taliwang, Sumbawa Barat, hindari menggunakan helm warna kuning. Pasalnya, bisa-bisa anda di kira tukang Ojek. Awalnya saya tidak percaya dan mengira ini hanya omong kosong hingga akhirnya saya mengalami sendiri.

Peristiwa pertama terjadi ketika saya hendak bersilaturahmi ke rumah salah seorang sahabat, Fathuddin di Desa Brang Ene, Timur Laut dari kotaTaliwang. Di tengah perjalanan saya memutuskan berhenti di tepi jalan dekat lapangan sepakbola karena saya ingin menelpon Fathuddin di mana letak posisi rumahnya.Belum saya menelpon tiba-tiba dari jarak kurang lebih 60 meter seorang wanita paruh baya melmbaikan tanggannnya dan memanggil “Ojek” ke arah saya. Dikarenakan aya tidak merasa tukang ojek saya hanya diam saja dan melihat sekeliling saya apakah ada tukang ojek seperti yang wanita itu minta. Dan … tidak ada sama sekali.

Di lain kesempatan saya juga mengalami hal serupa. Sepulang silaturahmi dengan guru-guru di Sekola Luar Biasa Negeri (SLBN) Taliwang saya menemui seorang nenek dan seorang anak kecil menjulurkan tangan kanannya mengisyaratkan agar saya menghentikan laju motor. Saya pun berhenti. “Ojek pak?” sapanya ingin memastikan apakah saya benar-benar tukang ojek. Saya diam saja ketika ditanya demikian. Saya pun balik bertanya “Ibu mau kemana? Biar saya antar”. “Mau ke pasar pak” jawabnya ringkas. “Oh gito. Baiklah saya mau antar Ibu kebetulan saya mau ke KTC (Kemutar Telu Center=KTC= puat pemerintahan Kabupaten Sumbawa Barat). Kan satu arah”. Kami pun berangkat. Sempat ibu ini memberikan uang Rp 2 ribu tapi saya tolak dan memberikannya ke cucunya. Sepanjang perjalanan Ibu ini mengira saya ojek. Karena menggunakan helm kuning. Dan di Taliwang untuk ojek menggunakan hel kuning. Percaya atau tidak, silahkan jalan-jalan ke Taliwang.

Namun menggunakan helm kuning memilki nilai lebih. Pernah juga saya mengunjungi tempat rekreasi. Disaat orang lain dimintai biaya masuk, saya justru tidak mendapat tagihan dari penjaga pintu masuk. Hehe … enak juga ya pakai helm kuning.
Read More

About Me

Popular Posts

Designed By Seo Blogger Templates